Sabtu, 21 Maret 2009



CLTS

KEBERHASILAN PEMBERDAYAAN DI MASYARAKAT

Membangun masyarakat dari kebiasaan buruk yang dalam kehidupan sehari hari tidaklah mudah, apalagi kita mengajak untuk melakukan perubahan perilaku secara cepat, sementara merubah total kebiasaan tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, sangatlah sulit sehingga perlu ekstra penanganan penyadaran diri yang termotivasi dari masyarakat itu sendiri, apalagi sosialisasi tidak mengikutsertakan pihak terkait di tingkat desa maupun kecamatan maka program CLTS akan berjalan lambat dan tidak berhasil.

Kendala utama dalam melakukan perubahan paradigma perilaku buruk menjadi perilaku baik adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan melakukan perubahan menuju hidup sehat.Kemudian ketidakpahaman kita terhadap kultur dan kebiasaan yang menjadi tradisi masyarakat yang mendiami suatu wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah tepi sungai akan menganggap sungai sebagai sumber kehidupan sehingga semua aktivitas dilakukan di sungai baik itu mandi, cuci dan masak sehingga seorang fasilitator masyarakat akan sukar menerapkan program CLTS untuk mengajak masyarakat membuang kotoran atau melakukan aktivitas BAB secara terpusat dengan mengunakan Jamban tanpa mengikutsertakan dan membawa tokoh yang dianggap berpengaruh dalam masyarakat untuk berperan aktif.

Peran seorang Fasilitator tidak terlepas dari peranan tokoh masyarakat dan pihak terkait bidang kesehatan di tingkat kecamatan dan desa dalam melakukan pemicuaan CLTS, sehingga untuk kesuksesan program tersebut perlu koordinasi dan pemicuan pada tokoh masyarakat tentang pentingnya jamban, peran seorang sanitarian dan bidan desa yang telah memiliki dasar pemahaman dasar tentang CLTS melalui pelatihan yang dilakukan oleh stokeholder tingkat kabupaten dan tingkat yang lebih tinggi sehingga tranformasi knowledge dapat dilakukan estafet .

Lambatnya tingkat keberhasilan program CLTS dalam mengerakkan masyarakat untuk BAB terpusat dari hasil diskusi yang dilakukan dengan Fasilitator masyarakat bukan disebabkan ketidakmampuan CF Kesehatan selama ini sering menjadi bahan diskusi akan tetapi perlunya Aksi Bersama antar lintas yang terkait, selain pendekatan secara budaya oleh tokoh masyarakat yang berpengaruh di desa terutama bidan desa dan Sanitarian untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan perilaku buang air besar sembarangan sebagai sumber penularan penyakit yang dibawa oleh lalat yang hinggap dimakanan menyebabkan penyakit diare, apabila keikut sertaan bidan desa dan sanatarian akan lebih memudahkan gerak langkah fasilitator masyarakat memicu masyarakat pada kegiatan CLTS dengan nara sumber tersebut dan untuk memotivator masyarakat tentu saja keterlibatan tokoh agama dan tokoh adat yang menjadi juga nara sumber dalam menjelaskan arti kesehatan ditinjau dari sudut pandang agama dan hukum adat,dengan demikian bila semua fihak terlibat dan dilibatkan secara tidak langsung akan mensukseskan program CLTS. Kegiatan CLTS sebagai salah satu program yang berbasis masyarakat sebagai pelaku utama akan menjadi contoh dalam mengerakkan kesadaran masyarakat secara mandiri dan swadaya membuat sarana jamban sendiri tanpa bantuan pemerintah (masyarakat lebih aktif) akan tetapi kesadaran untuk berubah itu muncul dari diri masyarakat sendiri serta membuang jauh kebiasaan buruk yang ternyata sangat mempengaruhi derajad kesehatan dan kualitas hidup. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kunci keberhasilan program CLTS di masyarakat adalah kerjasama antara lintas program dan lintas sektor terkait serta komitmen bersama dengan masyarakat.