Minggu, 26 Februari 2017

Arti Penting kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi

Kunjungan raja Salman yang rencananya berkunjung ke Indonesia selama tujuh hari dengan 1500 rombongan merupakan momentum sejarah hubungan diplomatik antara kedua negara.
Kunjungan ini merupakan bentuk balasan atas berkunjung ya Jokowi ke Saudi Arabia dan kunjungan ini untuk menjalin hubungan kedua negara yang hampir 40 tahun pemimpin Arab Saudi berkunjung ke Indonesia.
Banyak hal yang diharapkan dari kunjungan ini dan yang terpenting menjalin Ikatan persaudaraan ukuwah Islam kedua negara terutama Indonesian sebagai negara Islam terbesar di dunia.Peran Islam Indonesia memiliki peran dalam percaturan politik global.
Hal yang terpenting dari kunjungan ini adalah pemerintah Arab Saudi dapat menginvestasi investasi tanah air dibandingkan Investment ke dunia barat apalagi bila pemerintah Arab Saudi paham bahwa Indonesia merupakan kekuatan Islam cukup besar dengan kemampuan sumber daya manusia dan mampu mengembangkan teknologi untuk kebesaran negara negara Islam.
Gejolak yang terjadi di tanah air bagaimana Islam Indonesia sangat kuat persatuannya apalagi kasus Ahok membuka dunia Islam bahwa kekuatan Islam Indonesia jauh sangat kuat dibandingkan negara negara lainnya.
Kedatangan raja Salman bersama rombongan nya mungkin ini perjalanan tersebar yang dilakukan oleh pemimpin Arab Saudi,dan tentu saja sangat penting bila pemerintah menaruh perhatian konsentrasi kerjasama kedua negara terutama menggiatkan pengusaha pengusaha Arab Saudi dan negara timur tengah melakukan Investment sehingga secara tidak langsung mengurangi investor dari barat dan cina lebih banyak investasi bertujuan menekan negara Indonesia dengan Isu global dan HAM
Selamat datang raja Salman dan rombongan semoga kedatangan ke Indonesia memberikan berkah terhadap kemajuan dunia Islam dan umat Islam di tanah air,

Senin, 20 Februari 2017

Sebuah strategi Politik yang keliru

Pencalonan Ahok oleh ibu Megawati   sebagai ketua partai PDIP bentuk dari strategi keliru dalam mempertahankan partai pemenang pada tahun  pemilu  2019 nantinya,ibu terpancing oleh hitung matematis dan suhu politik belum saatnya mudah diterima walaupun PDIP bersama koalisi berusaha memenangkan Pilkada namun imbas dari semua itu mengalami kegagalan pada pemilihan Pilkada di daerah terutama nantinya akan besar pengaruhnya pada pemilihan presiden dan legislatif pada tahun 2019.
Sebenarnya banyak calon yang lebih baik dari Ahok bisa dijadikan calon untuk pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Kali ini ibu Megawati terpancing oleh pemikir pemikir beliau tanpa analisa ekskalasi dari pemilih militan partai PDIP dan pemilih dari golongan tertentu.
Angka 42 persen oleh Ahok pada putaran dibanding kan saudara Anies 39 persen dan Agus 17 persen  serta 2 persen yang tidak memilih bukan jaminan pasangan yang diusung PDIP akan menang menjadi gebernur DKI Jakarta.
Jika prediksi pemilih Agus lari ke pasangan Ahok 6 persen berati Ahok cuman dapat suara sekitar 48 persen sedangkan Anies mendapatkan 10 persen artinya suara Anis menjadi kemungkinan 51 persen dari tambahan suara yang tidak memilih sebelumnya memilih Anies maka dua hal akan terjadi pertama partai PDIP tidak mendapat   calonya menjadi gebernur dan kedua adalah suara PDIP pada pemilihan tahun 2019 akan mengalami suara pada kantong kantong jumlah pemilih cukup besar di Jawa tengah,Jawa timur dan Jawa barat.
Tentu saja kesempatan bagi Gerindra untuk mendulang suara pada kantong kantong menjadi basis kemungkinan PDIP mendulang suara.
Cukup mahal bagi ibu Megawati yang harus dipertaruhkan dalam pilkada kali apalagi isu isu yang muncul saat akan menimbulkan titik kelemahan untuk mempertahankan  sebagai partai pemenang pada pemilu mendatang.
Ibu Megawati seharusnya bisa menarik simpatik rakyat untuk menentukan calon yang tepat dan belum saatnya ditemerima hal yang masih tabu apalagi mayoritas penduduk Indonesia maka kecenderungan akan banyak memilih dari kalangan muslim walaupun secara tidak tersirat hal tersebut.
Optimisme dan realistis strategi yang dilakukan oleh ibu Megawati pada putaran walaupun seandainya menang masih dalam tanda kutip namun hal yang termahal bahwa suara PDIP pemilu mendatang kurang mendapat simpati dari calon pemilih
Kegagalan strategi merupakan hal termahal bagi sebuah partai politik dan harga mahal itu ditebus dengan lebih mahal lagi sebuah partai politik untuk bertahan lama dalam dinamika politik praktis di tanah air kita.
Mungkin sebuah ungkapan bahwa jangan terburu oleh sesuatu yang akan merugikan partai
Semoga Aja ibu Megawati memahami arti penting sebuah Litbang partai yang kuat apalagi pendewasaan pemilu tidak mudah terpengaruh oleh pencitraan dan money politik.
Ini sebuah ulasan strategi sangat penting untuk mempertahankan kepentingan partai yang lebih besar dimasa yang akan datang.
( Ismail Ahmad permehati sosial politik ).

Rabu, 01 Februari 2017

Pemikiran Cara berpikir Calon Pemimpin

Selintas kalau kita kaji dan analisis kemampuan seorang calon pemimpin baik itu calon Presiden atau kepala negara cenderung belum mampu menterjemah bahasa rencana dan implementasi.
Memang secara kemampuan intelektual dan kemampuan semua punya kemanpuan akan tetapi pengalaman dan jam terbang seseorang itu besar pengaruhnya.
Sebagai contoh Pilkada DKI Jakarta berdasar pemetaan intelektual sama namun dari tingkat emosi dan cara memecahkan masalah dan solusi masih terbawa pada teori dan retorika.Hal itu ga bisa diukur bahwa si A bagus atau B idenya cermelang atau C lebih cool dari segi emosi namun itu semua belum nyata merumuskan antara konsep dan fakta di lapangan.
Contoh sederhana ketika debat cagub DKI Jakarta tentang Rumah di pinggir kali.
1.calon satu bicara ga perlu di gusur dan hanya di geser.Calon satu tidak paham batas tempat tinggal penduduk di bataran sungai itu minimal 15 meter lebih dan tanpa di kaji lebih dalam bahwa tanah sekitar sungai milik negara
2 Calon dua bicara mengusur dan ditempatkan di rumah susun Rusunawa.Calon dua berpikir bahwa dengan ditempatkan di rusanawa masyarakat layak sebagai manusia sebagai tempat tinggal nah disini kelemahan calon dua emang gampang mengubah pola emosi dan psikologis masyarakat yang biasa tinggal dengan kondisi biasa mereka tinggal nah penjelasan ini kurang dari calon dua
3. Calon tidak mengusur dimana disitu meraka sudah tinggal dan mengapa harus digusur namun di tata lebih baik.
Dari case satu ini calon tidak memahami arti gusur dan lokasi yang akan digusu,dan apa pengaruhnya dan solusi terbaik utuk dilakukan.hal ini tidak dipertegas dengan baik dan ibaratnya ekstrem not be solution why and what be done.
Begitu hal tentang kebijakan birokrasi masih sawang sinawang yang di sampaikan oleh peserta calon yang seharusnya di tampilkan secara real dengan gagasan baru terhadap penguatan kapasitas birokrasi itu sendiri.
Dari debat calon pemimpin ini dapat ditarik sebuah penyataan bahwa
1. Ide dan gagasan itu sejalan fakta dan solusi lebih konkrite
2. Pernyataan disampai bukan pandai bicara namun ada output dan outcome yang real
3.Pernyataan disampaikan punya makna arah dari pembicaraan
4.Penyampaian bukan mengkritisi program orang itu tidak baik namun program perlu penguatan yang mudah dipahami oleh audience.

Disini kejelian kita untuk menilai siapa calon pemimpin yang ideal berdasar kan cara berpikir calon bukan hanya style yang ditampilkan namun sejauh yang diungkapkan itu benar benar sebuah solusi dari calon pemimpin.