Rabu, 01 Februari 2017

Pemikiran Cara berpikir Calon Pemimpin

Selintas kalau kita kaji dan analisis kemampuan seorang calon pemimpin baik itu calon Presiden atau kepala negara cenderung belum mampu menterjemah bahasa rencana dan implementasi.
Memang secara kemampuan intelektual dan kemampuan semua punya kemanpuan akan tetapi pengalaman dan jam terbang seseorang itu besar pengaruhnya.
Sebagai contoh Pilkada DKI Jakarta berdasar pemetaan intelektual sama namun dari tingkat emosi dan cara memecahkan masalah dan solusi masih terbawa pada teori dan retorika.Hal itu ga bisa diukur bahwa si A bagus atau B idenya cermelang atau C lebih cool dari segi emosi namun itu semua belum nyata merumuskan antara konsep dan fakta di lapangan.
Contoh sederhana ketika debat cagub DKI Jakarta tentang Rumah di pinggir kali.
1.calon satu bicara ga perlu di gusur dan hanya di geser.Calon satu tidak paham batas tempat tinggal penduduk di bataran sungai itu minimal 15 meter lebih dan tanpa di kaji lebih dalam bahwa tanah sekitar sungai milik negara
2 Calon dua bicara mengusur dan ditempatkan di rumah susun Rusunawa.Calon dua berpikir bahwa dengan ditempatkan di rusanawa masyarakat layak sebagai manusia sebagai tempat tinggal nah disini kelemahan calon dua emang gampang mengubah pola emosi dan psikologis masyarakat yang biasa tinggal dengan kondisi biasa mereka tinggal nah penjelasan ini kurang dari calon dua
3. Calon tidak mengusur dimana disitu meraka sudah tinggal dan mengapa harus digusur namun di tata lebih baik.
Dari case satu ini calon tidak memahami arti gusur dan lokasi yang akan digusu,dan apa pengaruhnya dan solusi terbaik utuk dilakukan.hal ini tidak dipertegas dengan baik dan ibaratnya ekstrem not be solution why and what be done.
Begitu hal tentang kebijakan birokrasi masih sawang sinawang yang di sampaikan oleh peserta calon yang seharusnya di tampilkan secara real dengan gagasan baru terhadap penguatan kapasitas birokrasi itu sendiri.
Dari debat calon pemimpin ini dapat ditarik sebuah penyataan bahwa
1. Ide dan gagasan itu sejalan fakta dan solusi lebih konkrite
2. Pernyataan disampai bukan pandai bicara namun ada output dan outcome yang real
3.Pernyataan disampaikan punya makna arah dari pembicaraan
4.Penyampaian bukan mengkritisi program orang itu tidak baik namun program perlu penguatan yang mudah dipahami oleh audience.

Disini kejelian kita untuk menilai siapa calon pemimpin yang ideal berdasar kan cara berpikir calon bukan hanya style yang ditampilkan namun sejauh yang diungkapkan itu benar benar sebuah solusi dari calon pemimpin.